Pembaca pasti tidak asing dengan istilah BSS (Bumi Sejuta Sapi) yang menjadi program unggulan Pemerintah Provinsi NTB. Pengembangan sapi di NTB dilakukan di dua pulau yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Karena keterbatasan lahan pulau lombok dikembangkan dengan sistem pengandangan sedangkan Pulau Sumbawa yang masih memiliki lahan pengembalaan yang sangat luas dikembangkan dengan sistem LarSo/Lepas.
Sapi bali merupakan sapi unggul daerah yang telah dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat NTB. Pemilihan sapi bali sebagai sapi unggul karena memiliki beberapa kelebihan antara lain, sesuai dengan keadaan alam dimana:
Sapi Bali mempunyai produktivitas 1 ekor anak setiap tahun, dengan daya hidup hampir 100 %. Perkembang biakan sapi Bali hampir seluruhnya me-lalui kawin alam. Untuk perkawinan alam, biasanya petani membayar Rp 20.000 per perkawinan, sedangkan untuk perkawinan suntik petani membayar Rp 100.000 sampai berhasil.
Untuk mengawali usaha ternak dapat dimulai dengan relatif mudah. Ternak dapat dibeli dari sekitar lokasi tinggal. Modal yang dibutuhkan untuk membeli seekor induk sapi adalah sekitar Rp 4 juta. Peternak atau calon peternak dapat memanfaatkan beberapa sumber permodalan formal atau informal untuk memulai usaha ternak sapi Bali.
Dalam kegiatan peternakan, pemerintah mendukung dalam bentuk pemberian penyuluhan dan penyediaan informasi, pelayanan kawin suntik, dan pengobatan ternak Pemeliharaan 2 ekor sapi dalam setahun dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 10 juta, dan usaha peng-gemukan 2 ekor sapi selama 6 bulan memberikan keuntungan sebesar Rp 7 juta. Salah satu contoh analisanya dapat dilihat pada tabel berikut:
Beberapa nilai yang terkandung dalam usaha ternak sapi
Dengan demikian memelihara sapi dapat: Membiayai pendidikan anak, Membangun rumah dan Naik haji serta Berkontribusi dalam kehidupan sosial (keagamaan).
Share to:
Twitter Facebook Google+ Stumbleupon LinkedIn